Hikmah Di Balik Langkah
Panggil saja
zainal, ia merupakan seorang mahasiswa yang aktif di berbagai organisasi
termasuk organisasi agama yang Bernama PAIS (persatuan anak islami soleh) yang
pertama kali didirikan oleh kawannya pada awal masuk semester 2. Oh ya jurusan
zainal ini masuk ke program studi komunikasi penyiaran islam yang tentu saja
harus bisa berdakwah, seringkali ia ditunjuk tetangga sekitar rumahnya untuk
memimpin sebuah pengajian.
Waktu kecil
zainal dikenal sebagai anak yang pendiam dan hanya memiliki sedikit teman saja,
salah satu temannya yang sampai saat ini sudah menjadi sahabatnya Bernama Arif,
namun sering dipaggil Acep, loh kok bisa yang Namanya Arif dipanggilnya Acep?
Ternyata karena ia sering mengantongi sisir tiap kemanapun ia pergi, maka dari
itu teman-teman Arif memanggilnya Acep (plesetan dari Kasep yang artinya
ganteng dalam Bahasa sunda) padahal dengan maksud mengejek. Dalam organisasi
tersebut Zainal bertanggung jawab sebagai sekretaris umum dan Acep sebagai
ketuanya, Jadi setiap ada program baru mereka sangat sibuk membahasnya, bahkan
kerap mengganggu waktu ujiannya.
Kebiasaan
Zainal yaitu sering mendengarkan radio yang ia putar melalui ponselnya, ya
walaupun zaman sekarang radio dibilang ketinggalan zaman, namun Zainal tetap
menyukainya, Ia sering mendengarkan ceramah dari ustadz-ustadz favoritnya. Maka
tak jarang ia suka berbicara sendiri di depan kaca untuk mempraktekan pidato
dengan gaya Bahasa ustadz favoritnya.
Suatu hari BEM di kampus mereka mengadakan
lomba pidato, Acep yang merupakan ketua sekaligus teman dekatnya Zainal
langsung mengabarkan lomba tersebut kepada Zainal, dan ia pun langsung tertarik
tanpa ragu sedikitpun.
Dalam lomba
pidato tersebut ada beberapa tahap untuk mencapai final, Hampir setiap malam
zainal berlatih untuk memberikan penampilan terbaiknya Ketika lomba nanti
hingga akhirnya sampailah ia di babak semi final dimana saingannya tidak mudah.
Babak semi final diadakan di tempat yang agak jauh dari kampus karena kampus
mereka tidak memiliki auditorium khusus, Karena zainal sangat bersemangat, ia
pasti tidak akan mau melewatkan kesempatan itu apapun rintangannya.
Malam itu,
sehari sebelum semi final lomba pidato diselenggarakan, Zainal tidak bisa tidur.
Ia terus membayangkan sekaligus mengkhawatirkan apakah ia akan gagal ataukah
berhasil dengan memuaskan. Hingga pada esok hari Zainal pun bangun sedikit
kesiangan sehingga ia harus bersegera menuju lokasi dimana semi final
dilaksanakan. Ia bergegas dengan sangat terburu-buru.
Ringgg! Suara
telpon berbunyi dari ponselnya acep, sahabatnya zainal. Acep ditelpon oleh
rumah sakit yang berjarak cukup jauh dari lokasi perlombaan diselenggarakan, Ia
mendapat kabar bahwa sahabatnya, Zainal. Mengalami kecelakaan tunggal Ketika
hendak menuju lokasi perlombaan. Acep sangat panik hingga ia langsung bergegas
meninggalkan acara padahal seharusnya Acep sebagai panitia yang harus terus
mengawasi berjalannya perlombaan.
Sesampainya di
Rumah Sakit, Acep langsung menuju ruangan unit gawat darurat, karena biasanya
di ruangan tersebut merupakan tempat penanganan awal bagi korban kecelakaan.
Setelah mencari-cari ternyata Zainal tidak ada, ia pun langsung bertanya kepada
perawat yang ada di ruangan tersebut, “Suster, tadi disini ada korban
kecelakaan yang memakai pakaian rapih gak?”. Perawat yang sedang sibuk
menangani pasien lain pun menanggapinya dengan kurang fokus karena pasien yang
mengenakan pakaian rapih bukan satu atau dua orang saja, tiba-tiba sang suster
ingat sesuatu dan membalas pertanyaan Acep “Kalau tidak salah tadi ada pemuda
berkulit putih korban kecelakaan lalu lintas mengenakan pakaian rapih,
namun maaf, sepertinya beliau tidak selamat karena mengalami banyak pendarahan
dalam, Coba kamu tanya ke suster yang bertugas input data terbaru”. Sekujur
tubuh Acep tergurai lemas mendengar perkataan suster tersebut, Napas terasa
berat tanpa terasa matai a pun mulai berkaca-kaca, Perasaan takut bercampur
sedih dirasakan olehnya.
Acep berjalan
perlahan mendekati suster yang dibilang oleh suster sebelumnya dan dengan nada
lemas bertanya “Maaf sus, mau bertanya apakah ada korban kecelakaan pemuda yang
mengenakan pakaian rapih?”, Suster pun menjawab “Atas nama Zainal Arbani
bukan?”, “Betul sus, sekarang jasadnya berada dimana ya, sus?”, Sang suster pun
bingung “Jasad apanya? Beliau masih selamat nak, sekarang ia berada di ruang
perawatan nomor A108 dan dalam keadaan sadar kok”. “Terimakasih banyak sus!”,
Kata Acep dengan sangat gembira bercampur haru. Ia langsung lari menuju ruangan
yang disebutkan oleh suster tersebut.
“Assalamu’alaikum”,
Kata Acep sambil membuka pintu. “Waalaikum salaam”, Jawab Zainal dengan suara
yang agak lemas. Dengan penuh syukur Acep menghampiri Zainal dan kemudian
mereka mengobrol perihal apa yang terjadi menimpanya. Ternyata Zainal hanya
mengalami sedikit cidera patah tulang di tangan sebelah kirinya. Dengan berat
hati Acep mengabarkan bahwa Zainal diberi kesempatan untuk melanjutkan
perjuangannya dalam Semi Final lomba pidato. Mendengar hal tersebut Zainal
sangat berterimakasih kepada Acep.
Esoknya Zainal
sudah boleh pulang hanya saja tangannya tetap dalam kondisi gips, jadi tidak
boleh terlalu bersemangat dalam membawakan pidatonya. Lomba berlangsung dengan
lancer dan Zainal pun Lolos ke babak final namun sayangnya di babak final ia
hanya berhasil sebagai juara 2, Namun ia sangat bersyukur atas prestasinya
tersebut dan bisa membanggakan kedua orangtuanya.
Komentar
Posting Komentar